Friday, August 23, 2013

Jual Rumah di Kahuripan Nirwana Village Sidoarjo | Agustus 2013


Jual Rumah di Kahuripan Nirwana Village Sidoarjo. Kali ini bang Ben membantu pemilik kontrakan yang bang Ben tinggali sekarang untuk menjual  rumah yang berada di perumahan Kahuripan Nirwana Village. Jika anda sedang butuh hunian yang lokasinya strategis dan berniat berinvestasi sepertinya perumahan Kahuripan Nirwana Village (KNV) Sidoarjo adalah solusinya.


Berikut ini kelebihan rumah di sini :

  • Dekat dengan pusat kota (Mall, Rumah Sakit, Tempat nongkrong, dan Jalan Tol)
  • Harga masih relatif lebih murah dari pada yang lain
  • Banyak tumbuhan dan pepohonan
  • Dekat Pazkul (Pasar kuliner)
  • Anti Banjir



Bicara kelebihan tak lengkap dengan kekurangan :

  • Struktur tembok kurang bagus
  • Ubin yang gampang pecah
  • Air sumur yang tidak bisa bersih (kadang bersih kadang tidak)
  • Cat banyak yang mengelupas
  • Atap kadang bocor jika hujan deras (perlu pembenahan)



Oke lanjut untuk spesifikasi rumah yang akan di jual :

  • Rumah Tipe 36
  • Luas Tanah 108 m2
  • 2 kamar tidur dan 1 kamar mandi
  • Terdapat dapur
  • Air Sumur
  • Posisi menghadap ke Utara (tidak panas kalau siang)
  • Kanan kiri rumah terdapat tembok milik tetangga (lebih sejuk)
  • Kawasan kondusif, tetangga ramah

Rumah ini di lepas jual oleh pemilik Rp 190 juta, namun bisa nego, apalagi bentuk rumah yang belum di renovasi, tapi pemilik bilang rumahnya jika laku akan segera di benahi secara kesuluruhan.


Alamat rumah : Kahuripan Nirwana Village Blok Ca 3 No 9



Untuk Sertifikat rumah masih belum keluar, menunggu kebijakan dari Lapindo dan developer, namun rumornya tahun ini pasti keluar, untuk ganti nama bisa dilakukan sebelum sertifikat keluar, dan ini sudah di beritahukan dari Developer



Untuk nomor yang bisa di hubungi :
Adit 0857 3126 8396
Pak Dani (yang punya rumah) 0877 5166 6060 atau 081230004042 



Untuk Gambar menyusul karena kamera sedang di pinjam oleh teman

Sumber
http://maztam.blogspot.com/2013/08/jual-rumah-di-kahuripan-nirwana-village.html

Thursday, August 15, 2013

Kisah Warna Hati

Kali ini Bang Ben akan sedikit jadi melankolis. Dan cerita ini adalah cerita tentang seorang wanita yang pernah mengisi hari-hari Bang Ben. Selamat Menikmati. 
---------------------------------------ooOOoo-----------------------------------

Aku pikir bersamamu adalah hal yang paling indah. Saat aku masih merajut kisah asmara dengan seorang yang aku pilih berdasarkan rasa yang sekejap. Meski hanya sekejap, tapi itu sudah cukup untuk membuatnya tumbuh pesat selama aku mengenalmu dalam masa yang singkat. Bermula saat menjadi salah satu panitia dalam sebuah seminar. Yah! Saat itulah aku pertama kali mengenal siapa dirimu. Dirimu yang tak pernah aku sangka akan menjadi sebuah pena berwarna yang menggores kertas putih di hidupku. Kisah kita memang baru sebentar, namun berkesan terukir sangat indah.

Aku anggap itu sebagai masa lalu. Yah! Masa lalu dengan begitu banyak kenangan. Berbulan-bulan tanpa tegur sapa, sesekali pun mengirim pesan singkat dengan gaya bahasa seperti orang gagu tak tau harus ngomong apa. Tapi semua seakan sirna saat momen itu terulang kembali. Gunung Bromo menjadi saksi akan hal itu. Hal yang sempat aku pungkiri keberadaannya. Keberadaan yang letaknya masih sama seperti sebelumnya. Hanya saja aku mungkin sedikit menepikannya di ujung relung hati. Tapi siapa sangka, aku yang awalnya tak ingin menyapanya malah berkesan menjadi seorang yang cool akan keberadaannya disana. Sedikit mencuri pandang sesekali dan mengingat kembali akan raut wajah yang sempat menjadi wallpaper di Handphone ku. Ataupun hidung yang sedikit mancung itu yang sering aku jahili. Tangan yang begitu lembut tergenggam erat. Semua kenangan seperti berkelebat hadir memenuhi pikiranku.

Aku tak pernah menyangka akan kembali bisa menggenggam erat tanganmu. Walaupun terbungkus rapi oleh sarung tangan penangkal dingin. Namun itu sudah cukup membuat hatiku kembali bergejolak. Sampai akhirnya kau mengijinkanku untuk menggendongmu. Tapi sayang, kaki ini tak mampu lagi menahan beban yang lebih dari beban tubuhku sendiri. Terlalu letih menapaki tanah sepanjang jalan menuju puncak Bromo, atau kah aku terlalu gemetar untuk merasakan kembali hangt tubuh itu? Entahlah. Yang pasti semua itu hanya akan menjadi kenangan yang akan tersimpan. Hari ini, esok, dan seterusnya.

Dan juga tentang bagaimana kita merasakan kembali rasa yang pernah padam. Seakan rasa itu kembali lagi walau sesaat. Entah harus bahagia atau kah harus merasa miris? Semua itu waku nikmati walau akhirnya akan kembali padam. Keberadaan yang sempat aku pungkiri hadirnya, tapi ternyata aku tak bisa menolaknya. Saat kembali kau sebut namaku, hatikupun kembali bergetar mendengar suaramu.


Terima kasih telah bersedia memberi warna kehidupan pada hati ini. 

Tanjung Harapan

Tanjung Papuma - Foto Graha Kusuma
Hari ini Bang Ben baru pulang dari Jombang setelah seharian ada acara halal bi halal keluarga besar ayahku. Pergi-pulang hanya menunggangi kuda besi matic bersama sang Om, yang tak lain adalah adik kandung Ayahku. Dan ironinya lagi, aku yang menyetir sepanjang hari padahal yang lain naek mobil. Bukan masalah sih sebenernya kalau menyetir motor seharian. Sudah biasa juga soalnya. Tapi disini yang menjadi pikiran adalah esok harinya aku akan melancong ke Jember. Lebih tepatnya ke pantai Papuma. Perasaan yang menggebu-gebu ingin pergi kesana dan parahnya punya perasaan ini adalah aku sama sekali tak bisa tidur. -_-

Semalaman tak bisa tidur dan akhirnya hanya utek-utek si jambrong yang lainnya. Berangkat dari Mabes di KNV dengan menunggang Mepi (sebutan motor MegaPro) bersama Adit (yang punya Mepi) pukul 4.00 pagi. Dan janjian ketemu dengan Bang Azam di Tanggulangin. Dengan motor supra klasiknya, dia datang membawa seanbrek barang. Awalnya aku pikir barang bawaan yang dibawa bang Azam tak terlalu banyak, namun aku salah. Tas carier 80L penuh sesak oleh barang bawaan. Padahal Cuma 2 hari semalam aja lho kita rencana berkemahnya. Memang kelihatannya penuh terisi. Yang bikin prnuh itu Cuma tenda yang dimasukin di dalamnya. Selain tenda gak ada lagi yang sesak memenuhi carier. Diawali dengan sholat subuh, meminta pada yang kuasa agar diberi keselamatan saat diperjalanan berangkat, di tempat tujuan, dan pulang dengan selamat.

Udara kala itu masih sangat dingin. Tak seperti biasanya. Angin yang berhembus juga bisa dibilang sangat kencang. Sampai-sampai Mepi yang dikemudikan oleh Adit oleng. Tak lepas hati ini berzikir meminta keselamatan. Angin kencang ini pun perlahan mulai mengajakku masuk dalam iramanya. Menikmati semilir angin yang kian memberatkan mata untuk terpejam. Alhasil beberapa lama aku tertidur diatas motor. Mengingat semalaman sudah tak tidur sama sekali. Sampai akhirnya kami memilih untuk singgah di sebuah rest area di SPBU. Waw. Jam di dinding musholah uda berada di jam 08.30. mengistirahatkan mesin motor sejenak dan tentunya punggung yang terlalu lama duduk diatas kendaraan. Merasakan lantai musholah yang sedikit dingin kian merayuku untuk kembali memejamkan mata. Dan seketika aku pun terlelap dalam mimpi sejenak. Mimpi apa ya? Entahlah. Jangan berpikiran aneh-aneh lho?? 09.30 aku dibangunkan untuk segera melanjutkan perjalanan. Masih sekitar 60KM lagi untuk bisa mencapai pantai. Dan benar saja, perjalanan panjang itu pun terbayarkan saat akan mencapai pintu masuk. Antrian kendaraan roda dua dan roda empat sudah menyambut kami. Dengan membayarkan 15 ribu per orang, kami memasuki area pantai. Sayangnya para petugas penjaga pintu masuk kurang bisa menjaga kebersihan. Mengingat banyak sekali sobekan kertas tiket di sekitar area pos pintu masuk yang berserakan. Bahkan ada yang sampai terbawa arus muara ke laut. Hmm. Hanya sebagai kritikan saja lah.

Kami disambut deburan ombak yang menerjang bibir pantai saat kami tiba. Karang-karang besar berjajar seperti terapung di atas air. Tak jarang deburan ombak besar menghantam karang dan menciptakan cipratan air yang besar. Sungguh indah. Hari yang begitu terik kala itu membuat kami menyandarkan tas sejenak untuk bisa beristirahat di area pantai sambil menikmati deburan ombak.

Malam yang datang dengan cepat membuat kami lekas mendirikan tenda untuk bermalam. Dan serangan lapar pun melanda. Memasak makan sore dengan peralatan yang sengaja aku bawa dari rumah untuk keadaan seperti ini. Walaupun hanya mie instan yang menjadi andalan disaat sepert ini. Tak peduli banyak orang yang melintas melihat kami yang sedang asyik makan, menikmati makanan adalah salah satu cara yang tepat sambil menikmati keindahan alam. 

Sang Surya pun segera mengakhiri waktunya dan segera digantikan oleh malam. Dan panggung yang aku tunggu-tunggu pun tiba. Penampilan jutaan bintang di panggung langit malam. Sambil menyalakan api unggun, menikmati panggung angkasa yang jarang aku lihat di kota. Sempat terbesit di pikiranku, andaikan kamu disini menikmati bintang ini bersamaku. Tapi aku tau jika itu hanya sebuha imaji untuk saat ini. Bangun lah. Tak selamanya imaji itu membuatmu bahagia jika masih ada kenyataan pahit yang menantimu. Toh semua akan indah pada waktunya. 

Stargazing melanda diriku. Sampai aku ingat bahwa aku telah berjanji pada sahabat masa kecilku untuk menyambanginya di Banyuwangi. Tapi aku tak membawa terlalu banyak pakaian yang bisa aku kenakan disana. Nekad aja deh. Selama ada niat pasti ada jalan. Dan aku putuskan keesokan harinya aku memisahkan diri dari kedua temanku untuk melanjutkan perjalanan ke Banyuwangi. Pengalaman pertama nih. Backpacker sendirian. Semoga selamat sampai tujuan. Amin. 







Monday, August 12, 2013

Support Dari Sang Idola


Mencatat petualangan yang pernah kita alami dan berbagi dengan semua orang di dunia maya melalui tulisan. Dengan tulisan dan dunia maya, kita bisa mengekspresikan segala aspek yang ada pada diri kita masing-masing. Entah itu hanya sebuah curahan hati semata ataupun juga sebagai kritikan atas masalah yang menimpa negeri kita bahkan juga kita bisa berjualan disini. Sebuah website yang bisa dibilang telah membukakan jalan bagi banyak orang untuk bisa berapresiasi atas potensi yang dimilikinya. Blogger. Begitulah sang creator menamainya.

Awal perkenalanku dengan Blog sendiri dimulai di tahun 2009 silam. Saat guru Bahasa Inggrisku mengharuskan muridnya untuk membuat sebuah blog dan menulis diary dengan dwi bahasa di dalamnya sebagai salah satu materi yang ada di kurikulum. Hal konyol apa ini? Apa nyambungnya bahasa inggris sama blog? Eh sekarang malah ketagihan.

Semuanya berawal dari catatan perjalanan seorang petualang melankolis. Seorang musisi asal Kota lautan api, Bandung. Fiersa Besari. Mungkin saat kamu mendengar namanya bakalan nyangka kalo dia adalah cewek. Tapi bukan, dia masih lelaki tulen lho. Mengenalnya melalui jejaring sosial twitter dan menjadi salah satu fans beratnya. Journal petualangan yang dia tuliskan di blog pribadi selama dia menjelajah bumi pertiwi inilah yang telah membuat aku kembali pada blog yang sempat aku tinggalkan.


Petualangmelankolis. Nama blog yang unik sekali menurutku. Mungkin karena dia memang melankolis dan suka berpetualang jadinya dia memilih nama ini. Entahlah. Tapi aku suka dengan kata demi kata yang dia tuliskan di blog pribadinya. Lelaki yang sempat menyelesaikan kuliah jurusan sastra inggris ini sering membuat tweet yang sedikit melankolis bahkan elegi, yang memang kondisi yang pernah dia alami sendiri. Kata-kata yang begitu indah dia tuangkan kurang dari 140 karakter. Menyempatkan diri untuk ng-Folback akun twitter milikku dan juga memberikku support lewat Direct Message. Sungguh luar biasa. :)

Lelaki yang suka fotografi dan naik gunung ini kebanyakan menciptakan sendiri lagu-lagu yang dia nyanyikan. Ada juga yang berkolaborasi dengan musisi-musisi lainnya. Kalau kamu ingin denger lagunya, cek adadisini atau juga ingin denger suaranya meng-cover lagu-lagu yang top, bisa kamu dengerin lewat soundcloud miliknya.

Lelaki inilah yang menginspirasiku. Semoga diperjalanan menjelajah bumi pertiwi ini bersama dengan 2 temannya, Anisa Andini yang biasa dipanggil Premous dan juga Vera Fitrian yang menyebut dirinya Baduy Packer. Bersama-sama mereka melangkahkan kakinya berpetualang menyusuri negeri ini. Semoga kembali ke Bandung dengan selamat dan selamat berpetualang.

From Left, Fiersa Besari - Baduy Packer - Anisa Premous Andini

Tabik

Sebuah tabik yang aku sampaikan padamu dari tempatku berada. Tak jauh dari hirupikuk aktivitas kota yang mencoba untuk ber-otonomi, seorang pemuda yang sedikit melankolis ini bereksperimen kata sambil latihan mengetik cepat, ingin berbagi apapun yang bisa dibagi. Gak ada salahnya kan jika ingin berbagi? 


Berasal dari kota dengan lambang udang dan bandeng sebagai maskot dan Kupang sebagai makanan khas yang dimiliki kota tersebut. Yang aku tahu sejak aku belajar di taman kanak-kanak, kota tersebut bernama SIDOARJO. Tentu saja, kota yang memiliki berjuta pesona jika kau mau untuk mencarinya. Biasanya sih orang malas kalau dengar kata "mencari" bila tanpa embel-embel hadiah di akhirnya. Tentu saja ada hadiahnya. Namun hadiahnya hanya diberikan pada orang yang mau mencari dan bukan berupa materi atau barang mewah tentunya. 

 

Copyright @ 2013 Bang BEN.

Designed by Templateify & Sponsored By Twigplay