Thursday, August 15, 2013

Tanjung Harapan

Tanjung Papuma - Foto Graha Kusuma
Hari ini Bang Ben baru pulang dari Jombang setelah seharian ada acara halal bi halal keluarga besar ayahku. Pergi-pulang hanya menunggangi kuda besi matic bersama sang Om, yang tak lain adalah adik kandung Ayahku. Dan ironinya lagi, aku yang menyetir sepanjang hari padahal yang lain naek mobil. Bukan masalah sih sebenernya kalau menyetir motor seharian. Sudah biasa juga soalnya. Tapi disini yang menjadi pikiran adalah esok harinya aku akan melancong ke Jember. Lebih tepatnya ke pantai Papuma. Perasaan yang menggebu-gebu ingin pergi kesana dan parahnya punya perasaan ini adalah aku sama sekali tak bisa tidur. -_-

Semalaman tak bisa tidur dan akhirnya hanya utek-utek si jambrong yang lainnya. Berangkat dari Mabes di KNV dengan menunggang Mepi (sebutan motor MegaPro) bersama Adit (yang punya Mepi) pukul 4.00 pagi. Dan janjian ketemu dengan Bang Azam di Tanggulangin. Dengan motor supra klasiknya, dia datang membawa seanbrek barang. Awalnya aku pikir barang bawaan yang dibawa bang Azam tak terlalu banyak, namun aku salah. Tas carier 80L penuh sesak oleh barang bawaan. Padahal Cuma 2 hari semalam aja lho kita rencana berkemahnya. Memang kelihatannya penuh terisi. Yang bikin prnuh itu Cuma tenda yang dimasukin di dalamnya. Selain tenda gak ada lagi yang sesak memenuhi carier. Diawali dengan sholat subuh, meminta pada yang kuasa agar diberi keselamatan saat diperjalanan berangkat, di tempat tujuan, dan pulang dengan selamat.

Udara kala itu masih sangat dingin. Tak seperti biasanya. Angin yang berhembus juga bisa dibilang sangat kencang. Sampai-sampai Mepi yang dikemudikan oleh Adit oleng. Tak lepas hati ini berzikir meminta keselamatan. Angin kencang ini pun perlahan mulai mengajakku masuk dalam iramanya. Menikmati semilir angin yang kian memberatkan mata untuk terpejam. Alhasil beberapa lama aku tertidur diatas motor. Mengingat semalaman sudah tak tidur sama sekali. Sampai akhirnya kami memilih untuk singgah di sebuah rest area di SPBU. Waw. Jam di dinding musholah uda berada di jam 08.30. mengistirahatkan mesin motor sejenak dan tentunya punggung yang terlalu lama duduk diatas kendaraan. Merasakan lantai musholah yang sedikit dingin kian merayuku untuk kembali memejamkan mata. Dan seketika aku pun terlelap dalam mimpi sejenak. Mimpi apa ya? Entahlah. Jangan berpikiran aneh-aneh lho?? 09.30 aku dibangunkan untuk segera melanjutkan perjalanan. Masih sekitar 60KM lagi untuk bisa mencapai pantai. Dan benar saja, perjalanan panjang itu pun terbayarkan saat akan mencapai pintu masuk. Antrian kendaraan roda dua dan roda empat sudah menyambut kami. Dengan membayarkan 15 ribu per orang, kami memasuki area pantai. Sayangnya para petugas penjaga pintu masuk kurang bisa menjaga kebersihan. Mengingat banyak sekali sobekan kertas tiket di sekitar area pos pintu masuk yang berserakan. Bahkan ada yang sampai terbawa arus muara ke laut. Hmm. Hanya sebagai kritikan saja lah.

Kami disambut deburan ombak yang menerjang bibir pantai saat kami tiba. Karang-karang besar berjajar seperti terapung di atas air. Tak jarang deburan ombak besar menghantam karang dan menciptakan cipratan air yang besar. Sungguh indah. Hari yang begitu terik kala itu membuat kami menyandarkan tas sejenak untuk bisa beristirahat di area pantai sambil menikmati deburan ombak.

Malam yang datang dengan cepat membuat kami lekas mendirikan tenda untuk bermalam. Dan serangan lapar pun melanda. Memasak makan sore dengan peralatan yang sengaja aku bawa dari rumah untuk keadaan seperti ini. Walaupun hanya mie instan yang menjadi andalan disaat sepert ini. Tak peduli banyak orang yang melintas melihat kami yang sedang asyik makan, menikmati makanan adalah salah satu cara yang tepat sambil menikmati keindahan alam. 

Sang Surya pun segera mengakhiri waktunya dan segera digantikan oleh malam. Dan panggung yang aku tunggu-tunggu pun tiba. Penampilan jutaan bintang di panggung langit malam. Sambil menyalakan api unggun, menikmati panggung angkasa yang jarang aku lihat di kota. Sempat terbesit di pikiranku, andaikan kamu disini menikmati bintang ini bersamaku. Tapi aku tau jika itu hanya sebuha imaji untuk saat ini. Bangun lah. Tak selamanya imaji itu membuatmu bahagia jika masih ada kenyataan pahit yang menantimu. Toh semua akan indah pada waktunya. 

Stargazing melanda diriku. Sampai aku ingat bahwa aku telah berjanji pada sahabat masa kecilku untuk menyambanginya di Banyuwangi. Tapi aku tak membawa terlalu banyak pakaian yang bisa aku kenakan disana. Nekad aja deh. Selama ada niat pasti ada jalan. Dan aku putuskan keesokan harinya aku memisahkan diri dari kedua temanku untuk melanjutkan perjalanan ke Banyuwangi. Pengalaman pertama nih. Backpacker sendirian. Semoga selamat sampai tujuan. Amin. 







A freelance designer and student of a university in Surabaya. Love the travel, backpacker, touring, culinary, and challenges. | twitter | g+ |

0 comments:

Post a Comment

 

Copyright @ 2013 Bang BEN.

Designed by Templateify & Sponsored By Twigplay