Thursday, August 15, 2013

Kisah Warna Hati

Kali ini Bang Ben akan sedikit jadi melankolis. Dan cerita ini adalah cerita tentang seorang wanita yang pernah mengisi hari-hari Bang Ben. Selamat Menikmati. 
---------------------------------------ooOOoo-----------------------------------

Aku pikir bersamamu adalah hal yang paling indah. Saat aku masih merajut kisah asmara dengan seorang yang aku pilih berdasarkan rasa yang sekejap. Meski hanya sekejap, tapi itu sudah cukup untuk membuatnya tumbuh pesat selama aku mengenalmu dalam masa yang singkat. Bermula saat menjadi salah satu panitia dalam sebuah seminar. Yah! Saat itulah aku pertama kali mengenal siapa dirimu. Dirimu yang tak pernah aku sangka akan menjadi sebuah pena berwarna yang menggores kertas putih di hidupku. Kisah kita memang baru sebentar, namun berkesan terukir sangat indah.

Aku anggap itu sebagai masa lalu. Yah! Masa lalu dengan begitu banyak kenangan. Berbulan-bulan tanpa tegur sapa, sesekali pun mengirim pesan singkat dengan gaya bahasa seperti orang gagu tak tau harus ngomong apa. Tapi semua seakan sirna saat momen itu terulang kembali. Gunung Bromo menjadi saksi akan hal itu. Hal yang sempat aku pungkiri keberadaannya. Keberadaan yang letaknya masih sama seperti sebelumnya. Hanya saja aku mungkin sedikit menepikannya di ujung relung hati. Tapi siapa sangka, aku yang awalnya tak ingin menyapanya malah berkesan menjadi seorang yang cool akan keberadaannya disana. Sedikit mencuri pandang sesekali dan mengingat kembali akan raut wajah yang sempat menjadi wallpaper di Handphone ku. Ataupun hidung yang sedikit mancung itu yang sering aku jahili. Tangan yang begitu lembut tergenggam erat. Semua kenangan seperti berkelebat hadir memenuhi pikiranku.

Aku tak pernah menyangka akan kembali bisa menggenggam erat tanganmu. Walaupun terbungkus rapi oleh sarung tangan penangkal dingin. Namun itu sudah cukup membuat hatiku kembali bergejolak. Sampai akhirnya kau mengijinkanku untuk menggendongmu. Tapi sayang, kaki ini tak mampu lagi menahan beban yang lebih dari beban tubuhku sendiri. Terlalu letih menapaki tanah sepanjang jalan menuju puncak Bromo, atau kah aku terlalu gemetar untuk merasakan kembali hangt tubuh itu? Entahlah. Yang pasti semua itu hanya akan menjadi kenangan yang akan tersimpan. Hari ini, esok, dan seterusnya.

Dan juga tentang bagaimana kita merasakan kembali rasa yang pernah padam. Seakan rasa itu kembali lagi walau sesaat. Entah harus bahagia atau kah harus merasa miris? Semua itu waku nikmati walau akhirnya akan kembali padam. Keberadaan yang sempat aku pungkiri hadirnya, tapi ternyata aku tak bisa menolaknya. Saat kembali kau sebut namaku, hatikupun kembali bergetar mendengar suaramu.


Terima kasih telah bersedia memberi warna kehidupan pada hati ini. 

A freelance designer and student of a university in Surabaya. Love the travel, backpacker, touring, culinary, and challenges. | twitter | g+ |

0 comments:

Post a Comment

 

Copyright @ 2013 Bang BEN.

Designed by Templateify & Sponsored By Twigplay